- Home >
- ASET DIGITAL DI NEW NORMAL ADALAH SMART INVESTASI BAGI GENERASI MILENIAL
Tanpa disadari oleh kita semua bahwa telah terjadi revolusi penerapan Teknologi Informasi di dunia saat ini, termasuk Indonesia. Sebuah perubahan secara cepat baik yang dipaksakan lewat penerapan Work From Home (WFH) bagi para karyawan kantoran dan juga penerapan belajar online (e-Learning) bagi para pelajar dari tingkatan Sekolah Dasar sampai pada tingkatan Pendidikan Tinggi. Pandemi Covid-19 tidak saja telah menghancurkan tatanan perekonomian dan kehidupan sosial, namun juga telah menciptakan tatanan dunia baru yang sangat tergantung kepada ketersediaan teknologi informasi.
Penggunaan teknologi informasi yang massif saat kondisi new normal sekarang, peranannya sangat besar dalam menggerakkan roda kehidupan dan perekonomian serta lainnya. Sebut saja penggunaan akun media social seperti Facebook, Instagram dan Tik Tok juga merupakan Aset Digital yang cukup berharga dan dapat menghasilkan rupiah. Akun marketplace seperti tokopedia, bukalapak, shopee, lazada dan lain-lain dimana pengguna bisa membuka toko untuk berjualan online bisa disebut sebagai aset digital. Masih banyak asset digital lainnya yang mungkin kita tidak sadari bahwa kita sudah memiliki dan bahkan menggunakannya sebagai sumber penghasilan, seperti blog/website, chanel youtube, akun Gmail atau lainnya, hasil fotografi berupa foto atau video, mata uang digital seperti bitcoin atau lainnya dan asset digital financial seperti reksa dana dan saham.
Pandemi Covid-19 belum berakhir walaupun telah diketemukan vaksin dan telah dilaksanakan ujicoba klinik tahap 3 yang merupakan tahap terakhir sebelum diedarkan. Banyak sudah dijumpai pemutusan hubungan kerja (PHK) di beberapa perusahaan yang tidak sanggup bertahan lagi di tengah penurunan omset dan kewajiban membayar gaji karyawannya. Sebagian perusahaan besar dan UKM memangkas belanja operasional dan mengembangkan jaringan pemasaran lewat asset digital yang dimiliki guna mempertahankan produktifitas. Sebagian pekerja yang di PHK, membuka usaha kecil dengan memasarkan produknya dalam bentuk barang dan jasa melalui semua asset digital yang diketahui dan mampu diakses. Saat ini juga data di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) tercatat jumlah investor dalam negeri (obligasi, reksa dana dan saham) sekitar 1,5 juta orang atau 0,5 % dari jumlah penduduk Indonesia saat ini.
Menurut pandangan penulis, ada 5 (lima) hal penting yang harus dipahami oleh generasi milenial dalam meningkatkan produktifitasnya di masa new normal ini, yakni :
1. Meningkatkan produktifitas bisnis aktif income
Penggunaan media social, marketplace, website/blog dan lainnya dalam membantu proses produksi terkait informasi peralatan, bahan, kebutuhan pasar, ketersediaan produk di pasaran, serta memperluas jangkauan pemasaran adalah kunci utama yang harus dilakukan untuk meraih kesuksesan dalam mengembangkan usaha di masa new normal ini.
2. Mengurangi biaya operasional
Penerapan promosi dan iklan yang berbasis konvensional seperti mengumpulkan banyak orang lewat suatu event, membagi selebaran, memasang spanduk dan lainnya, sekarang dianggap kalah cepat dengan penggunaan teknologi informasi yang mampu menghemat tenaga dan uang dalam penerapannya. Hal ini juga dipandang lebih efisien dan efektif saat ini dengan adanya penerapan protokol kesehatan yang ketat.
3. Membuka peluang kerja baru
Berkembangnya asset digital seperti marketplace telah membantu ratusan ribu orang dalam mengembangkan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan UKM, serta mengembangkan jumlah dan jaringan transportasi online di banyak kota dengan kebutuhan distribusi barang dan jasa yang cepat dan murah.
4. Melahirkan wirausahawan baru
Munculnya pandangan bahwa dengan menguasai teknologi informasi maka dunia serasa dalam genggaman kita. Banyak ditemukan lahirnya ide-ide usaha baru dengan melihat keberhasilan beberapa orang di media social. Ada banyak bisnis yang ditemukan di kota besar namun belum banyak dijumpai di kota lainnya karena kurangnya pengetahuan tentang trend kebutuhan masyarakat saat ini.
5. Meningkatkan penghasilan dari pasif income
Saat ini semua bank telah menerapkan suku bunga rendah yang berdampak kepada turunnya imbal hasil tabungan, dan bahkan bisa negative jika tabungan yang ada masih di bawah nominal 50 atau 100 juta ke bawah. Dengan memahami asset digital, kita dapat berinvestasi pada reksa dana atau saham yang memberikan imbal hasil yang jauh lebih tinggi dari bank. Ada 2 keuntungan dari asset digital berupa saham yakni capital gain (kenaikan harga saham) dan dividen (keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham).
Mencermati penjelasan di atas, maka kita dapat melihat betapa sangat pentingnya bagi generasi muda saat ini untuk mulai membangun asset digital yang ada. Penggunaan teknologi informasi yang melintasi batas waktu dan wilayah secara cepat, adalah senjata utama dalam menguasai informasi untuk membaca peluang dan kesempatan untuk meningkatkan produktifitas yang dimiliki. Generasi muda/angkatan kerja muda (usia 15-40 tahun) harus segera dibekali dengan keterampilan, kemampuan berwirausaha, penguasaan teknologi informasi, dan soft skill yang memadai agar mereka dapat berkontribusi maksimal di pasar kerja. Dengan demikian, mereka mampu menciptakan sebanyak mungkin pendapatan dari pekerjaan yang dimiliki (aktif income) dan memiliki pasif income dari hasil investasi di sector keuangan.
Kita harus memaklumi bahwa target pemerintah agar
bonus demografi yang diharapkan dapat membantu Indonesia keluar dari jebakan negara
berpendapatan menengah (middle income trap) pada tahun 2030 semoga dapat
terealisir dengan mulai membangun asset digital di masa new normal sekarang
ini.
Artikel yang menarik, karena masih banyak generasi muda yang belum mengetahui apa itu aset digital dan apa manfaatnya. 💥👍
Makasihh untuk informasinyaa, saya bisa mengerjakan tugas saya yang bergubungan dengam akuntansi di era digital