- Home >
- Pengetahuan >
- Asal-usul Perayaan Natal
Posted by : Surya Fahik
Senin, 22 Oktober 2012
Ikon Kelahiran |
Gereja
menetapkan tanggal 25 Desember sebagai Hari Raya Natal untuk merayakan
Hari Kelahiran Yesus Kristus. Gereja Katolik telah merayakan Natal sejak
abad-abad pertama Gereja Katolik hadir. Daniel Rops, seorang sejarawan
dari Prancis, mengatakan bahwa pada masa penganiayaan Gereja Katolik
sampai keluarnya Edict Milan (313) yang memberikan kebebasan beragama
kepada Gereja Katolik, umat Katolik telah merayakan Natal secara
sembunyi-sembunyi di Katakombe-katakombe (makam bawah tanah) yang ada di
Kekaisaran Romawi. [Daniel Rops, Prières des Premiers Chrétiens, Paris: Fayard, 1952, pp. 125-127, 228-229].
Mendukung pernyataan Daniel Rops ini, saya tampilkan sebuah lukisan fresco abad ke-2 dari Gereja Katakombe St. Priscilla di Roma yang menggambarkan Nativity of Christ atau Kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus.
Lukisan Fresco Kelahiran Yesus Kristus dari abad ke-2 di Katakombe St. Priscilla di Roma |
Bapa Gereja Teofilus, Uskup Caesarea
di Palestina (115-181 M), yang hidup dalam masa pemerintahan Kaisar
Commodus mungkin adalah orang pertama yang secara eksplisit memberikan
pernyataan mengenai Natal:
“Kita harus merayakan hari kelahiran Tuhan kita pada tanggal 25 Desember yang akan berlangsung.” [Magdeurgenses, Cent. 2.c.6. Hospinian, de Origin Festorum Christianorum]
Sextus Julius Africanus
(220 AD), walau tidak berbicara mengenai adanya perayaan Natal, ia
secara implisit menyatakan bahwa 25 Desember sebagai tanggal kelahiran
Kristus. Dalam bukunya Chronographia, ia mengatakan bahwa dunia
diciptakan pada tanggal 25 Maret berdasarkan kronologi Yahudi dan
sejarah Kristen Perdana. Ia mengatakan bahwa pada tanggal 25 Maret ini,
Sang Firman Allah menjelma menjadi manusia; hal ini membuat sense simbolis
yang sempurna karena pada saat Penjelmaan ini, penciptaan yang baru
dimulai. Berdasarkan Julius Africanus, karena Sang Firman Allah menjelma
menjadi manusia sejak masa Dia dikandung oleh Perawan Maria, hal ini
berarti setelah 9 bulan, Sang Firman Allah yang telah menjadi manusia
itu lahir pada tanggal 25 Desember.
St. Hipolitus dari Roma,
pentobat yang dulunya seorang anti-Paus pada masa penggembalaan Paus
St. Zephyrinus, Paus St. Kallistus I, Paus St. Urbanus I dan Paus St.
Pontianus, secara eksplisit juga menyatakan bahwa Yesus Kristus lahir
pada tanggal 25 Desember:
Untuk kedatangan pertama Tuhan kita dalam daging, [terjadi] ketika Ia lahir di Betlehem, eight days before the kalends of January (25 Desember), hari keempat (Rabu) dalam minggu ketika Augustus (kaisar Romawi) dalam 42 tahun [pemerintahannya] tetapi dari Adam 5500 tahun. Ia (Yesus) menderita pada [usia] 33 tahun, eight days before the kalends of April (25 Maret), tahun kelimabelas Kaisar Tiberius ketika Rufus dan Roubellion dan Gaius Caesar, untuk keempat kalinya, dan Gaius Cestius Saturninus menjadi konsul [di Roma]. (St. Hippolytus of Rome (c. 225 AD), Commentary on Daniel 4.23.3)
Sedangkan, Bapa Gereja Yohanes, Uskup Nicea, memberitahu kita bahwa Paus St. Julius I (336-352) dengan bantuan tulisan-tulisan dari sejarawan Yahudi, Josephus, telah memastikan bahwa Kristus lahir pada tanggal 25 Desember.
Pada akhir abad keempat, Uskup Epifanius dari Salamis
(salah satu sejarahwan Gereja) memberikan kronologi kehidupan Tuhan
Yesus Kristus di mana menurut Kalender Julian (saat ini Gereja Katolik
Roma menggunakan Kalender Gregorian) tanggal 6 Januari adalah hari
kelahiran Tuhan dan 8 November adalah hari pembaptisan Tuhan di Sungai
Yordan.
Pada permulaan abad kelima, biarawan terpelajar, St. Yohanes Kassianus dari Konstantinopel,
pergi ke Mesir untuk mempelajari peraturan-peraturan biara di sana.
Antara tahun 418 hingga 425, St. Yohanes Kassianus menulis laporan
pengamatannya. Dia memberitahukan kita bahwa uskup-uskup di wilayah itu,
pada masa tersebut, menganggap Pesta Epifani (Penampakan Tuhan) sebagai
hari kelahiran Tuhan dan tidak ada perayaan terpisah dalam menghormati
kelahiran Tuhan. Dia menyebut hal ini “tradisi kuno”. Kebiasaan lama ini
segera memberi jalan bagi tradisi baru. Sementara mengunjungi St.
Sirillus, Patriark Alexandria; Uskup Paulus dari Emesa berkhotbah
pada perayaan kelahiran Tuhan Yesus pada 25 Desember tahun 432 M. Natal
telah diperkenalkan kepada Mesir sebelum waktu kunjungan ini, dapat
dikatakan sekitar 418 dan 432 M dan peristiwa ini menjadi bukti kuat
berdasarkan kalender yang telah ada.
St. Gregorius dari Nazianzus,
Bapa Gereja dan Uskup, selama tinggal di daerah Seleucia di Isauria
(Turki sekarang) merayakan Natal untuk pertama kalinya di Konstantinopel
pada tanggal 25 Desember 379.
St. Yohanes Krisostomos,
Bapa Gereja dan Uskup, berkhotbah di Antiokia pada tanggal 20 Desember
386 dan karena kefasihan pewartaannya, ia berhasil mengajak umat beriman
untuk menghadiri Natal 25 Desember 386. Sejumlah besar umat beriman
hadir di Gereja ketika Natal dirayakan. Kita memiliki salinan khotbah
St. Yohanes Krisostomos. Pada Pengantar khotbah, ia berkata bahwa ia
berharap dapat berbicara kepada mereka mengenai perayaan Natal yang
telah menjadi kontroversi besar di Antiokia. Dia mengusulkan kepada para
pendengarnya untuk menghormati dan merayakan Natal dengan tiga dasar: Pertama, karena Natal telah menyebar dengan cepat dan pesat dan telah diterima dengan baik di berbagai daerah. Kedua,
karena waktu pelaksanaan sensus pada tahun kelahiran Yesus dapat
ditentukan dari berbagai dokumen kuno yang tersimpan di Roma; Ketiga,
waktu kelahiran Tuhan Yesus dapat dihitung dari peristiwa penampakan
malaikat kepada Zakarias, ayah Yohanes Pembaptis, di Bait Allah.
Zakarias, sebagai Imam Agung, masuk ke dalam Tempat Mahakudus pada Hari
Penebusan Dosa Yahudi (The Jewish Day of Atonement). Hari tersebut jatuh
pada bulan September menurut kalender Gregorian. Enam bulan sesudah
peristiwa ini, malaikat Gabriel datang kepada Maria dan enam bulan
kemudian Yesus Kristus lahir, yaitu pada bulan Desember. St. Yohanes
Krisostomos menyimpulkan khotbahnya dengan sanggahan telak terhadap
orang-orang yang menolak bahwa Sang Allah telah menjadi manusia dan
tinggal di dunia. St. Yohanes Krisostomos, dengan mengacu pada khotbah
di atas, mengatakan dengan jelas bahwa pada masa tersebut, ketika
perayaan Natal diperkenalkan di Timur, Natal telah dirayakan di Roma
lebih dulu.
Melihat
pemaparan di atas, saya sangat yakin bahwa Tuhan Yesus sungguh lahir
pada tanggal 25 Desember. Tetapi saya juga sangat sadar bahwa Natal
bukan sekadar soal tanggal lahir Tuhan Yesus.
Banyak
orang-orang yang menolak dan skeptis terhadap Natal berusaha untuk
mendiskreditkan Natal bahkan membuat mitos bahwa Natal adalah hasil
adopsi dari perayaan pagan bernama Dies Natalis Solis Invicti yang sebenarnya ditetapkan Kaisar Aurelianus
pada 25 Desember 274 untuk menandingi Natal Gereja Katolik.
Bagaimanapun juga, pendiskreditan ini menunjukkan kesalahpahaman
mengenai tentang apa itu Natal. Dalam Gereja, Natal adalah sebuah Hari
Raya yang ditetapkan oleh Gereja untuk merayakan dan mengenang bahwa
Allah yang menjadi manusia tanpa kehilangan ke-Allah-anNya kini telah
lahir untuk menyelamatkan kita dari dosa dan menebus dunia. Allah yang
mahakasih itu menjadi seorang bayi kecil, lahir dari rahim seorang
Perawan untuk membebaskan kita dari kematian dan dosa, inilah yang
dinubuatkan Para Nabi di Perjanjian Lama.
Mereka
yang menolak atau skeptis terhadap Natal berpikir terlalu banyak
mengenai istilah teknis dan angka-angka sedangkan mereka kehilangan
makna dari Natal itu sendiri. Makna Natal bukanlah mengenai akte
kelahiran lengkap dengan isinya, tetapi mengenai cinta kasih dari Allah
yang telah menjadi manusia bagi kita.
Demikianlah
secara singkat asal-usul Perayaan Natal yang kita rayakan 25 Desember
setiap tahunnya. Perayaan Natal memang memiliki asal usul yang sangat
tua dan telah dirayakan sejak zaman Gereja Perdana. Natal bukanlah
perayaan pagan yang diadopsi masuk ke dalam Kekristenan, tetapi Natal
adalah Perayaan Misteri Iman yang berasal dari dalam Kekristenan itu
sendiri.
dikembangkan dari Newsletter of Pope John Paul II Society of Evangelists December 2007, Christmas Was Never a Pagan Holiday by Marian T. Horvath, dan berbagai sumber-sumber minor lainnya.
Posting Komentar