- Home >
- Pengetahuan >
- Katekese tentang Siksa Kekal / Neraka menurut Katolik (bag. 2)
Posted by : Surya Fahik
Senin, 22 Oktober 2012
2. Jalan ke Neraka
Apabila
kita mengetahui bahwa Tuhan telah mempersiapkan siksa yang wajar bagi
para pendosa, maka kita dapat bertanya lagi: siapa saja yang masuk
neraka dan karena dosa apa saja. Pada tempat yang pertama kali harus
ditegaskan bahwa yang menghukum adalah Allah yang adil, Allah yang
begitu bijaksana, baik dan belaskasih. Tidak ada satu makhluk pun
diciptakan Tuhan untuk neraka dan tidak ada seorang pun dihukum tanpa
dosa pribadinya. Neraka menurut kodratnya adalah suatu siksa. Tuhan
hanya menolak mereka yang layak disiksa karena kesalahannya yang besar.
Pendosa yang diceburkan ke dalam neraka mengerti bahwa ia menuai apa
yang ditaburnya sendiri. Ia sudah berpaling dari Tuhan dan membelakangi
Tuhan. Ia menolak pertobatan dan meninggal tanpa sesal.
Dikatakan
pula bahwa murka Allah nyata dari Surga atas segala kefasikan dan
kelaliman manusia yang menindas kebenaran dengan kelaliman. (Rom 1:18).
Dari Kristus sendiri kita mendengar bahwa mereka telah berbuat jahat
akan bangkit untuk dihukum. (Yoh 5:29). Dan Santo Yakobus memberi
peringatan bahwa dosa yang sudah matang akan melahirkan kematian. (Yak
1:15). Pikiran ini tersebar di seluruh Kitab Suci; dosa membawa kematian
yaitu kematian jiwa dan badan; hanya kebenaran membawa kehidupan yang
benar.
Kadang-kadang
disebut juga macam dosa secara konkrit, dosa tidak percaya: Barangsiapa
tidak percaya ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya
dalam nama Anak Tunggal Allah. (Yoh 3:18)
Tidak
ada seorang terkutuk dapat berkata bahwa apa yang ia lakukan tidak
seberapa beratnya. Juga Tuhan tidak dapat dipersalahkan karena Tuhan
memberi rahmat yang cukup untuk mencapai kebahagiaan. Hanya kehendak
jahat dari pihak pendosa membuat dia layak menerima siksa neraka.
Dosa
menyesatkan orang lain: Barangsiapa menyesatkan salah satu dari
anak-anak kecil ini yang percaya pada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah
batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam
laut. (Mat 18:6). Santo Paulus sendiri menyusun suatu daftar perbuatan
yaitu percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir,
perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri,
percederaan, roh pemecah belah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan
sebagainya. Lalu ia melanjutkan: terhadap semuanya itu aku peringatkan
kamu bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan
mendapat bagian dalam kerajaan Allah. (Gal 5:19-21). Dan pada saat
perpisahan definitif antara orang yang baik dan orang yang buruk,
dikatakan: Tinggal di luar, hai anjing-anjing dan tukang-tukang sihir,
orang sundal, orang pembunuh, penyembah berhala dan setiap orang yang
mencintai dosa dan yang melakukannya. (Why 22:15). Bersama orang
penakut, orang yang tidak percaya dan orang keji, mereka akan mendapat
bagian mereka di dalam lautan yang bernyala-nyala oleh api dan belerang;
inilah kematian yang kedua. (Why 20:8)
Setiap
orang yang mati dalam keadaan berdosa berat masuk ke neraka, juga orang
yang menamakan dirinya Kristen. Santo Paulus menasehati
saudara-saudaranya di dalam iman agar mereka tidak menipu diri di dalam
masalah ini. tidak tahukah kamu bahwa orang yang tidak adil tidak akan
mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Kita harus mempunyai pengharapan
yang kokoh kuat kepada Kristus tetapi kita juga harus selalu taat sesuai
dengan perkataan Kitab Suci: Kerjakanlah keselamatanmu dengan takut dan gentar. (Fil 2:12)
3. Pelaksanaan Siksa
Neraka
berarti ketidakhadiran Tuhan dan siksa api. Siksa-siksa ini dirasakan
oleh pendosa sesudah kematian, langsung dan tidak diulur-ulurkan. Neraka
itu kekal sifatnya. Kitab Suci mempergunakan bahasa yang jelas untuk
menandaskan kekekalan mereka. Pendosa diancam dengan siksa yang kekal
(Mat 25:46), dengan api yang kekal (Mat 18:8), dengan hukuman kekal (Ibr
6:2); tidak ada ampun selama-lamanya karena ia berbuat dosa kekal. (Mrk
3:29)
4. Sifat Siksa
4.1 Kekal
Untuk
mendapat pandangan yang lebih jelas mengenai semuanya itu, kita patut
memiliki pengertian yang mendalam tentang kebesaran Tuhan dan tentang
keburukan dosa. Mengapa siksa itu harus kekal? Baiklah kita mulai dengan
berkata bahwa siksa itu harus kekal oleh karena dosa besar adalah
kejahatan yang luar biasa. Pendosa memberontak terhadap Tuhan: ia
menghina Tuhan dengan melanggar perintah Tuhan dan dengan melekatkan
diri kepada salah satu makhluk seakan-akan makhluk inilah yang tertinggi
nilainya dan tujuannya yang terakhir. Seringkali pendosa tidak secara
terang-terangan membangkang terhadap Tuhan; tetapi perbuatannya adalah
suatu penolakan terhadap Tuhan karena ia memandang makhluk ciptaan
sebagai sesuatu yang paling utama; manusia pendosa mengkehendaki secara
implisit agar tidak ada Tuhan yang melarang dosa.
Siksa
itu kekal justru karena kesalahan pun kekal sifatnya. Seorang terkutuk
tidak mendapat ampun selama-lamanya melainkan bersalah karena berbuat
dosa kekal. (Mrk 3:29). Dan kesalahan itu kekal karena yang terkutuk
berpegang teguh pada kehendaknya yang jahat. Ia tidak akan bertobat
karena ia tidak mau bertobat. Tuhan yang mahabaik dan mahabijaksana
selalu siap dengan rahmat-Nya. Ia mengundang pendosa dan menantikannya
tetapi sia-sia. Karena itu Tuhan menyiksa sesuai dengan keadilan-Nya.
4.2 Perbedaan
Walaupun
para terkutuk kehilangan pandangan Tuhan dan walaupun mereka disiksa
oleh api, namun ada perbedaan di dalam penderitaan. Tuhan itu adil dan
ia tidak menghukum seorang pun lebih daripada yang patut diterimanya.
Oleh karena kesalahan mereka berbeda-beda maka siksa pun berbeda-beda
pula.
Kristus
sendiri telah menyatakan itu ketika Ia berkata kepada yang tidak mau
menerima pewartaan Para Rasul: Pada hari penghakiman tanah Sodom dan
Gomora akan lebih ringan tanggungannya daripada kota itu. (Mat 10:15).
Pada suatu kesempatan lain Kristus berkata: Hamba yang tahu akan
kehendak tuannya tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak
melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan.
Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa
yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. (Luk
12:47)
Perkataan
ini membuat kita menduga bahwa ada perbedaan yang sangat besar di dalam
siksa oleh karena ada perbedaan yang besar pula di dalam kesalahan.
Kita tidak mengerti apakah arti yang sebenarnya dari “banyak” dan
“sedikit” itu. Yang pasti ialah bahwa makin banyak rahmat yang kita
terima makin besar pula resiko yang dan tanggungjawab kita. Oleh karena
itu kita dapat mendengarkan dari mulut Kristus sendiri: Setiap orang
yang kepadanya banyak diberi, daripadanya akan banyak dituntut dan
kepada siapa yang banyak dipercayakan, daripadanya akan lebih banyak
lagi dituntut. (Luk 12:48). Ucapan Kristus ini mengajak kita untuk
bermawas diri secukupnya dan sejujurnya.
Posting Komentar