- Home >
- Pengetahuan >
- Katekese tentang Siksa Kekal / Neraka menurut Katolik (bag. 1)
Posted by : Surya Fahik
Senin, 22 Oktober 2012
Keputusan
Tuhan membawa perpisahan yang sangat radikal. Di dalam dunia ini yang
baik dan yang buruk masih bercampur-baur. Yang buruk kelihatan di tengah
yang baik sebagai ilalang di antara gandum. (Mat 13:25). Menang dan
kalah silih berganti. Tetapi pada akhir zaman mereka dipisahkan; yang
baik dikumpulkan dan yang buruk dibuang. Berlainan sekali dengan
perkataan Kristus: Marilah kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku,
kedengaranlah suara: Enyahlah daripada-Ku hai kamu orang terkutuk,
enyahlah ke dalam api yang kekal. Dan mereka akan masuk ke tempat
siksaan kekal, tetapi orang benar akan masuk dalam hidup yang kekal.
(Mat 25:41-46).
1. Siksa Neraka
Kristus
tidak mau menegaskan secara konkrit sifat-sifat yang sebenarnya
daripada siksa neraka itu. Ia selalu menyesuaikan diri dengan kebiasaan
setempat, juga dalam memilih kata-kata. Ia berbicara tentang dapur api
(Mat 13:42), tentang api yang tak terpadamkan (Mrk 9:43).
1.1 Adanya siksa
Sang
Penebus datang bukan untuk mengancam. Tugas-Nya ialah membawakan kabar
gembira mengenai Kerajaan Allah. (Mat 4:23). Tidak semua orang
menerimanya. Dan mereka yang menolaknya akan dibuang ke luar. Yohanes
Pembabtis menerangkan: Hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan
... setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik pasti ditebang
dan dibuang ke dalam api. (Mat 3:8-10). Dan Kristus
sendiri berkata dalam suatu perumpamaan: Seperti ilalang dikumpulkan dan
dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. Anak manusia akan
menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala
sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan.
Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api. Di sana akan terdapat
ratapan dan kertakan gigi. (Mat 13:44-46). Hal yang sama masih
diungkapkan oleh Yesus dalam banyak perumpamaan lain: perumpamaan
tentang pukat, di mana orang membuang ikan yang tidak baik. (Mat 13:48);
lalu perumpamaan tentang perjamuan. Ketika para undangan menolak
undangan dan menyiksa para hamba dan membunuhnya, murkalah raja; ia
mengirim pasukan ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan
membakar kota mereka.(Mat 22:7). Tentang hamba yang tidak setia
diberitakan bahwa tuan akan membunuh dia dan membuat senasib dengan
orang munafik. (Mat 24:51). Aku tidak tahu darimana kamu datang,
enyahlah dari pada-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan. (Luk
12:37). Bagi mareka yang tidak melaksanakan cintakasih, akan terdengar:
Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang yang terkutuk, enyahlah ke
dalam api yang kekal. (Mat 25:41). Dan akhirnya, kesimpulan ringkas dari
tugas yang diberikan Yesus kepada Para Rasul-Nya; pergilah ke seluruh
dunia dan wartakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya
dan dibabtis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan
dihukum. (Mrk 16:15-16).
Santo
Paulus pun berbicara dengan jelas sekali. Pada waktu Tuhan Yesus dari
dalam Surga menyatakan diri-Nya bersama dengan malaikat-malaikat-Nya,
dalam kuasa-Nya, di dalam api yang bernyala-nyala dan mengadakan
pembalasan terhadap mereka yang tidak mau mengenal Allah dan tidak
menaati Injil Yesus, Tuhan kita. Mereka akan menjalani hukuman
kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari
kemuliaan kekuatan-Nya. (2 Tes 1:7-9). Oleh karena itu, Rasul Paulus
menasehati para pendosa dengan sangat: Oleh kekerasan hatimu yang tidak
mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada waktu mana
murka dan hukuman Tuhan yang adil akan dinyatakan. Ia akan membalas
setiap orang menurut perbuatannya yaitu hidup kekal kepada mereka yang
dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan
ketidakbinasaan, tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari
kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat
kepada kelaliman. Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang
yang berbuat jahat, sebab Allah tidak memandang bulu. (Rom 2:5-11)
Allah
yang belaskasihan-Nya tidak terbatas akan menghukum para pendosa yang
tidak mau bertobat dengan hukuman berat di kehidupan yang lain.
1.2 Kehilangan Tuhan
Kalimat
“Enyahlah daripadaKu, hai kamu orang terkutuk, enyahlah ke dalam api
yang kekal. (Mat 25:41)” mencakup dua masalah yaitu kehilangan Tuhan dan
siksa api.
Para
terkutuk tahu bahwa Tuhan ada: mereka juga tahu bahwa Ia adalah
kebaikan yang tidak terhingga, tetapi mereka tidak memandang-Nya dan
mereka tidak mencintai-Nya; mereka merasakan bahwa kebenaran, kebaikan
dan keindahan yang tidak terkatakan itu menolak mereka dan membuang
mereka. Selama mereka hidup di dunia mereka tidak mau tahu-menahu
mengenai Tuhan; mereka menganggap Tuhan sebagai suatu halangan bagi
kebahagiaan mereka; mereka mau hidup tanpa Tuhan; mereka mau hidup
sesuka hatinya. Mereka tidak membutuhkan Tuhan dan sekarang juga mereka
harus hidup tanpa Tuhan. Segala macam kegembiraan duniawi sudah hilang
lenyap; mereka merasakan suatu kekosongan yang mengerikan. Bagaikan
bayang-bayang kesemuanya itu berlalu, laksana kabar yang melintas dengan
cepatnya, laksana asap yang dicerai-beraikan angin. Keb 5:11-14.
Mereka
sangat merasakan kehilangan Tuhan. Kerinduan dasar dari jiwa mereka
ingin memiliki Tuhan, kebenaran, kebaikan dan keindahan yang sempurna.
Tetapi keinginan itu mengalami frustrasi terus-menerus. Sekarang mereka
tahu bahwa Allah adalah kehidupan dari kehidupan mereka, tetapi mereka
tahu juga bahwa mereka sudah terputus daripada-Nya. Mereka tahu bahwa
mereka sudah hilang, ditinggalkan oleh Tuhan dan diusir oleh Tuhan.
Pikiran kepada Tuhan tidak pernah melepaskan mereka; pikiran itu selalu
menyiksa mereka dan mengejar mereka. Tetapi bukan itu saja. Kedukaan
mereka tidak hanya terdiri dari kehilangan Tuhan. Mereka juga merasakan
suatu kekosongan. Di dalam hatinya terdapat suatu kerinduan yang tidak
terhapuskan akan kebenaran, kebaikan dan keindahan tetapi didorong oleh
kehendak jahat mereka telah memilih kebohongan, ketidakbenaran dan
keburukan.
Sebab
dari kesemuanya itu ialah kehendak mereka yang telah memilih yang
buruk. Di dalam mereka tidak ada bekas cintakasih. Kebajikan kepercayaan
sudah mati di dalam mereka. Mereka masih menerima bahwa Tuhan itu ada
tetapi sinar Tuhan tidak menyinari mereka. Ada lagi satu masalah khusus
di neraka yaitu bahwa di sana tidak ada pengharapan lagi. Para terkutuk
tahu bahwa mereka tidak mengharapkan lagi sesuatu. Tiap kesengsaraan
akan lebih mudah terpikul apabila ada harapan di neraka. Tetapi
pembuangan ini sifatnya kekal sehingga tidak terdapat harapan sama
sekali.
Apabila
kita meresapkan semuanya ini dan memperhatikan apa yang dilakukan oleh
Tuhan yang mahabelaskasih terhadap para pendosa yang tidak bertobat,
maka kita harus dapat berkata: Sungguh ngeri apabila jatuh ke dalam
tangan Allah yang hidup. (Ibr 10:31)
1.3 Api Neraka
Kitab
Suci mempergunakan beberapa istilah untuk menyatakan siksa di neraka.
Ulat yang tidak mati (Mrk 9:48), ratapan dan kertakan gigi (Mat 24:51);
kegelapan yang paling gelap (Mat 8:12); lautan api dan belerang (Why
20:10); gua-gua gelap di mana malaikat berdosa ditahan (2 Pet 2:4);
belenggu abadi di dalam dunia kekelaman (Yud 1:6); tempat penderitaan
(Luk 16:28). Istilah yang paling banyak dipergunakan ialah: api yang
tidak terpadamkan, api kekal. (Mrk 9:44). Tuhan hendak menyampaikan
kepada kita siksa neraka melalui pengertian api.
Kita
tidak mengetahui sifat dan cara kerja api tersebut. Kita hanya dapat
mengatakan bahwa di samping kehilangan Tuhan, masih ada lagi satu
makhluk yang menyiksa para terkutuk, dan makhluk itu dinyatakan dalam
istilah api. Dunia pengertian kita tidak dapat menggambarkan siksa ini
lebih baik daripada api. Tidak ada gunanya menanyakan bagaimana api ini
menyiksa jiwa dan bagaimana badan-badan di neraka menyala tanpa menjadi
hangus. Suatu tabir rahasia menyelubungi semuanya itu dan kita tidak
mampu mengungkapkannya.
Posting Komentar