Posted by : Surya Fahik
Jumat, 17 Mei 2019
Membahas keindahan alam Nusa Tenggara Timur, destinasi wisata apa
yang terlintas di benakmu? Pasti Pulau Komodo dan Labuan Bajo berada di
daftar teratas. Keindahan laut dan penangkaran komodo di area ini sudah
tersohor sampai ke mancanegara.
Ternyata
di bagian selatan Nusa Tenggara Timur ada surga tersembunyi bernama
Pulau Sawu, atau masyarakat setempat menyebutnya sebagai Sabu. Di atas
pulau seluas 400 km persegi ini, tersimpan banyak destinasi wisata
menarik yang belum banyak terekspos.
Sudah pernah mendengar nama
Pulau Sabu? Kalau belum, yuk simak fakta menariknya di bawah ini. Bisa
kamu jadikan rekomendasi tujuan wisata nih!
Terletak di garis batas selatan wilayah administratif Indonesia
Pulau
Sabu masuk dalam wilayah Kabupaten Sabu Raijua. Lokasinya berada di
garis batas selatan wilayah administratif Indonesia, di antara Pulau
Sumba dan Rote. Karena cukup dekat dengan benua Australia, iklim Pulau
Sabu pun berbeda dengan wilayah Indonesia lainnya.
Musim kemarau
di Pulau Sabu sangat panjang, hampir setahun penuh. Musim penghujan
hanya datang 15 – 70 hari per tahun. Nggak heran sebagian besar
wilayahnya tandus dan gersang. Banyak perbukitan kapur yang nampak
kering kerontang.
Menyimpan banyak legenda dan mitos kuno di tengah masyarakat
Terpencil
di selatan Indonesia, Pulau Sabu minim fasilitas dan relatif tenang.
Ditambah lagi legenda dan mitos yang masih subur mengakar di tengah
masyarakat. Mereka masih memercayai keberadaan dewa dan ajaran
kepercayaan kuno.
Memiliki kain tenun khas dengan motif unik
Salah
satu bentuk kepercayaan kuno masyarakat Sabu diwujudkan dalam kain
tenun bermotif unik. Mesin tenunnya bernama Langa, terbuat dari kayu
yang dikerjakan dengan tangan.
Warna kain tenun khas Sabu
memadukan corak Astronesia berwarna biru, merah dan kuning. Biru didapat
dari ramuan nila, merah dari ekstrak mengkudu dan kunyit untuk warna
kuning.
Motif unik tenun Sabu menggambarkan garis-garis geometris
dan flora fauna. Masyarakat setempat memercayai beberapa motif kain
mampu melindungi pemakainya dari marabahaya.
Mengucap salam dengan menempelkan hidung
Kalau
orang-orang pada umumnya mengucap salam dengan berjabat tangan, lain
cerita di Pulau Sabu. Mereka menyapa orang lain dengan saling
menempelkan hidung. Bagi yang baru pertama kali berkunjung ke sana
mungkin merasa geli. Tapi inilah bentuk penghormatan mereka pada tamu
yang baru datang.
Mayoritas penduduknya menganut agama Jingitu
Eksotisme
adat dan budaya Pulau Sabu nggak berhenti sampai di situ. Agama dan
kepercayaan yang mereka anut bernama Jingitu. Di dalam kepercayaan ini
banyak upacara adat, dewa dan roh leluhur yang mereka percaya.
Di
antaranya ada Uli Rae sebagai penjaga kampung, Aji Rae sebagai penangkis
bahaya dan Tiba Rae sang pemberi pertolongan. Ajaran Jingitu juga
memengaruhi penanggalan masyarakat setempat, seperti penentuan masa
tanam dan panen.
Punya sederet spot wisata apik yang belum banyak terekspos
Pulau
Sabu pernah dijadikan tempat singgah para penjelajah dari Bangsa Eropa,
Portugis dan belanda misalnya yang datang di abad ke-17. Hal ini
dibuktikan lewat beberapa benteng peninggalan yang bercorak Eropa.
Benteng
Hurati di Sabu Timur dan Benteng Inggris di Sabu Liae kini dijadikan
destinasi wisata. Selain itu ada juga situs batuan megalitik di Kampung
Namata dan beberapa pantai cantik di sekitarnya.
Ternyata masih
banyak juga ya keindahan negeri ini yang belum banyak terjamah manusia.
Kamu nggak tertarik berkunjung ke sini nih?
Posting Komentar