Posted by : Surya Fahik
Sabtu, 21 Juli 2012
F-22 Raptor adalah pesawat tempur
siluman buatan Amerika Serikat. Pesawat ini awalnya direncanakan untuk
dijadikan pesawat tempur superioritas udara untuk digunakan menghadapi
pesawat tempur Uni Soviet, tetapi pesawat ini juga dilengkapi peralatan
untuk serangan darat, peperangan elektronik, dan sinyal intelijen.
Pesawat ini melalui masa pengembangan yang panjang, versi prototipnya
diberi nama YF-22, tiga tahun sebelum secara resmi dipakai diberi nama
F/A-22, dan akhirnya diberi nama F-22A ketika resmi mulai dipakai pada
Desember 2005.Lockheed Martin Aeronautics adalah kontraktor utama yang
bertanggungjawab memproduksi sebagian besar badan pesawat, persenjataan,
dan perakitan F-22. Kemudian mitranya, Boeing Integrated Defense
Systems memproduksi sayap, peralatan avionik, dan pelatihan pilot dan
perawatan.
Advanced Tactical Fighter (ATF)
merupakan kontrak untuk demonstrasi dan program validasi yang dilakukan
Angkatan Udara Amerika Serikat untuk mengembangkan sebuah generasi baru
pesawat tempur superioritas udara untuk menghadapi ancaman dari luar
Amerika Serikat, termasuk dikembangkannya pesawat kelas Su-27 era
Soviet.
Pada tahun 1981, Angkatan Udara Amerika Serikat memetakan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebuah pesawat tempur baru yang direncanakan untuk menggantikan F-15 Eagle. ATF direncanakan untuk memadukan teknologi modern seperti logam canggih dan material komposit, sistem kontrol mutakhir, sistem penggerak bertenaga tinggi, dan teknologi pesawat siluman.
Pada tahun 1981, Angkatan Udara Amerika Serikat memetakan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebuah pesawat tempur baru yang direncanakan untuk menggantikan F-15 Eagle. ATF direncanakan untuk memadukan teknologi modern seperti logam canggih dan material komposit, sistem kontrol mutakhir, sistem penggerak bertenaga tinggi, dan teknologi pesawat siluman.
Proposal untuk kontrak ini diajukan pada
tahun 1986, oleh dua tim kontraktor, yaitu Lockheed-Boeing-General
Dynamics dan Northrop-McDonnell Douglas, yang terpilih pada Oktober 1986
untuk melalui fase demonstrasi dan validasi selama 50 bulan, yang
akhirnya menghasilkan dua prototip, yaitu YF-22 dan YF-23.
Pesawat ini direncanakan untuk menjadi pesawat Amerika Serikat paling canggih pada awal abad ke-21, karena itu, pesawat ini merupakan pesawat tempur paling mahal, dengan harga US$120 juta per unit, atau US$361 juta per unit bila ditambahkan dengan biaya pengembangan.[1] Pada April 2005, total biaya pengembangan program ini adalah US$70 miliar, menyebabkan jumlah pesawat yang direncanakan akan dibuat turun menjadi 438, lalu 381, dan sekarang 180, dari rencana awal 750 pesawat.[2] Salah satu faktor penyebab pengurangan ini adalah karena F-35 Lightning II akan memiliki teknologi yang sama dengan F-22, tapi dengan harga satuan yang lebih murah.
Pesawat ini direncanakan untuk menjadi pesawat Amerika Serikat paling canggih pada awal abad ke-21, karena itu, pesawat ini merupakan pesawat tempur paling mahal, dengan harga US$120 juta per unit, atau US$361 juta per unit bila ditambahkan dengan biaya pengembangan.[1] Pada April 2005, total biaya pengembangan program ini adalah US$70 miliar, menyebabkan jumlah pesawat yang direncanakan akan dibuat turun menjadi 438, lalu 381, dan sekarang 180, dari rencana awal 750 pesawat.[2] Salah satu faktor penyebab pengurangan ini adalah karena F-35 Lightning II akan memiliki teknologi yang sama dengan F-22, tapi dengan harga satuan yang lebih murah.
F-22 versi produksi pertama kali dikirim
ke Pangkalan Udara Nellis, Nevada, pada tanggal 14 Januari 2003.
Pengetesan dan evaluasi terakhir dilakukan pada 27 Oktober 2004. Pada
akhir 2004, sudah ada 51 Raptor yang terkirim, dengan 22 lagi dipesan
pada anggaran fiskal 2004. Kehancuran versi produksi pertama kali
terjadi pada 20 Desember 2004 pada saat lepas landas, sang pilot selamat
setelah eject beberapa saat sebelum jatuh. Investigasi kejatuhan ini
menyimpulkan bahwa interupsi tenaga saat mematikan mesin sebelum lepas
landas menyebabkan kerusakan pada sistem kontrol.
F-22 dirancang untuk membawa peluru
kendali udara ke udara yang tersimpan secara internal di dalam badan
pesawat agar tidak mengganggu kemampuan silumannya. Peluncuran rudal ini
didahului oleh membukanya katup persenjataan lalu rudal didorong
kebawah oleh sistem hidrolik. Pesawat ini juga bisa membawa bom,
misalnya Joint Direct Attack Munition (JDAM) dan Small-Diameter Bomb
(SDB) yang lebih baru. Selain penyimpanan internal, pesawat ini juga
dapat membawa persenjataan pada empat titik eksternal, tetapi apabila
ini dipakai akan sangat mengurangi kemampuan siluman, kecepatan, dan
kelincahannya. Untuk senjata cadangan, F-22 membawa meriam otomatis
M61A2 Vulcan 20 mm yang tersimpan di bagian kanan pesawat, meriam ini
membawa 480 butir peluru, dan akan habis bila ditembakkan secara
terus-menerus selama sekitar lima detik. Meskipun begitu, F-22 dapat
menggunakan meriam ini ketika bertarung tanpa terdeteksi, yang akan
dibutuhkan ketika rudal sudah habis.
Posting Komentar